Sabtu, 27 Oktober 2018

Makan Rawon Dengkoel gak perlu ke Surabaya

Katanya rawon dengkul adalah salah satu rawon yang terkenal di Surabaya. Ternyata di Depok juga ada rawon dengkul, itu loh Rawon Dengkoel. "Jadi gak perlu jauh-jauh ke Surabaya", kata istriku yang pernah makan rawon dengkul waktu tugas di Surabaya.





















Memang sepintas Rawon Dengkoel itu mirip rawon biasa. Tapi kalo diamati lebih seksama, ternyata Rawon Dengkoel itu tidak sekedar nama, tapi memang benar-benar pake lutut atau dengkul sapi sebagai bahan utamanya. Potongan dagingnya juga ada, empuk. Sepiring nasi putih dengan telor asin dan toge muda adalah kolaborasi yang pas banget untuk menikmati rasa khas Rawon Dengkoel dan bisa ditambahkan sambal biar makin mantul, mantap betul. Wangi dan rasanya memang khas dan beda. Sayang kalo belum nyobain.



Rawon Dengkoel ini dihidangkan dalam wadah dengan tungku kecil di bawahnya untuk menjaga agar rawon selalu tetap dalam kondisi panas.

Rawon Dengkoel boleh dipilih, porsi besar atau kecil, karena harganya berbeda sesuai porsinya. Selain itu ada juga rawon iga, rawon daging dan rawon paket. Semantul, semuanya mantap betul.


















Rumah makan Rawone Rawon Dengkoel ini ada di jalan Juanda, Depok. Waktu itu kami mampir makan siang di sini sebelum ke bude Ides di Kukusan, Depok.



Minggu, 07 Oktober 2018

Dor... dor... dor! Ledakan di Cipayung Festival 2018.


Senengnye nganterin istri ke pagelaran seni budaya Betawi di Cipayung, salah satu kawasan unggulan Jakarta Timur. Sekalian ikutan nonton dan foto-foto.

Pagelaran ini menampilkan ragam budaya Betawi, mulai dari seni tari, pernak-pernik hingga makanan dan minuman khas Betawi. Acara ini pun dinamai Cipayung Festival 2018 atau Cifes 2018, yang diselenggarakan di lapangan sekitar jalan Bambu Hitam, Cipayung.

Pada penyambutan tamu kehormatan dilakukan penampilan atraksi petasan oleh jawara Betawi. Dor, dor, dor. Hebatnya, sang jawara santai saja terkena ledakan petasan yang sengaja dikalungkan di lehernya, tanpa terluka sedikitpun.




Yang tak pernah ketinggalan adalah ondel-ondel sebagai ikon Betawi. Kali ini ondel-ondel Entong Jaya tampil dengan kostum serba merah pink. Ondel cewek pake baju putih motif pink dengan selendang pink. Ondel cowok pake baju pink dengan selendang hijau. Sedangkan kru ondel-ondel pake baju putih, celana merah, selendang merah dan peci merah.


Ada stand Baim Batavia yang menjual berbagai macam pernak-pernik khas Betawi. Baju celana warna-warni ngejreng, peci merah, sabuk gede khas Betawi. Di sini juga menjual pin golok.










Dodol Betawi Asli Bp. Satibi menampilkan pembuatan dodol warna coklat dalam wajan tembaga yang besar. Selain dodol, juga ada geplak, wajik, uli, bir pletok, dll. Kalo mau pesan, di sini juga terima pesanan.

Kerak telor 82 khas Betawi, bisa pake telor ayam atau bebek, sama enaknya. Biasanya yang beli mesti ngantri. Wangi aroma telornya bikin kita tergiur pengen membelinya.















Bir pletok merupakan minuman tradisional Betawi. Bir pletok Bang Syam menggunakan 100% rempah-rempah alami, bisa bikin badan sehat segar alami. Panas atau dingin, semuanya seger. Begitu diminum, badan langsung terasa anget. Aye suka banget sama bir pletok ini.



Sabtu, 06 Oktober 2018

Kelezatan Gabus Pucung di Bambu Kuning



Siang itu istriku mau ngecek persiapan acara Cipayung Festival di Bambu Hitam, Cipayung. Karena belum makan, kami mampir di rumah makan Sop Iga Bambu Kuning, kebetulan pas lewat situ. Letaknya juga tak jauh dari gerbang keluar Bambu Apus/Ceger/Kp.Rambutan/TMII jalan tol Lingkar Luar Jakarta (JORR). Warungnya sih sederhana, tapi pengunjungnya silih berganti. Biasanya banyak mobil parkir saat makan siang. Pada umumnya yang datang ke sini mencari Gabus Pucung.

















Kami coba pesan Gabus Pucung, kebetulan pas mampir. Sebenarnya sudah lama pengen nyoba. Kalo pesan Gabus Pucung, kita ditanya mau milih kepala atau ekor? Karena satu porsi berisi setengah ikan gabus, bagian kepala atau ekor. Kami pilih ekor, dengan harapan banyak dagingnya.

Tak berapa lama, Gabus Pucung yang dipesan dianterin ke meja kami. Aromanya langsung tercium, khas aroma pucung (pucung adalah kluwaknya orang Betawi). Sepotong ekor ikan gabus dengan kuah hitam khas pucung. Di atasnya ditaburi potongan daun bawang. Tampilannya begitu sangat menggiurkan.

Ayo mulai dicicipin. Benar, bagian ekor ini dagingnya cukup tebal. Tapi teksturnya agak keras, mungkin ini ciri khas ikan gabus. Dugaan kami, ekor ikan gabus ini digoreng terlebih dahulu kemudian disiram kuah pucung. Kuahnya terasa sedikit pedas menggigit di lidah menyatu dengan rasa khas pucung yang tak ada duanya. Pokoknya gurihnya pas di lidah.


Ngomong-ngomong, berapa harganya? Gabus Pucung dengan nasi putih Rp.50.000,- sesuailah dengan rasanya yang lezat dan potongan ikannya yang besar.

Kalo dipikir-pikir, masakan Gabus Pucung ini sebenarnya hampir sama dengan Rawon. Tapi kalo Rawon pake daging, sedangkan Gabus Pucung pake ikan gabus. Jadi bisa juga Gabus Pucung ini dianggap sebagai Rawon ikan gabus. Hehe.....