Minggu, 23 September 2018

Susahnya mencari kobra


Kobra ini maksudnya adalah bunga kobra atau Hebras atau Gerbera, bukan ular kobra atau anturium kobra.

Sudah pernah mencari bunga kobra hingga Kampung Bunga Cihideung, tapi tidak ada yang menjual. Katanya belum ada pasokan. Kali ini kami coba mencari ke Taman Bunga Nusantara di Cipanas. Di sini juga tidak ada. Kami juga sudah menelusuri di sepanjang jalan menuju Taman Bunga Nusantara, juga tidak menemukan bunga kobra.
Bursa Bunga & Tanaman di Taman Bunga Nusantara sedang tidak menjual bunga kobra, tapi tetap menyajikan tanaman bunga yang berbunga cantik, seperti cocor bebek dan aster yang berwarna-warni. Juga ada bunga gantung yang bermekaran.


Bunga Cocor bebek
Bunga Aster



















Lembah Sukanagalih

Pencarian dialihkan ke bunga yang lain. Di Lembah Sukanagalih Cipanas, tepat di depan penginapan Graha Teduh, sederetan dengan restoran Youme, kami menemukan penjual bunga yang cukup representatif.


Tampak penginapan Graha Teduh
Bunga-bunga ditata rapi menyerupai taman bunga mini.
Kembang kertas atau Sonia dijual Rp.2.000/polybag.
Bunga Gajania dijual Rp.2.000/polybag, bunganya mirip kobra.
Ada juga bunga Yasmin yang bunganya kayak Tapak Dara.

Yang agak mahal adalah bunga Bougenville Rp.40.000/pot. Oleh sebagian orang, bunga Bougenville ini disebutnya bunga kertas, mungkin karena tekstur bunganya yang menyerupai kertas. Pada musim kemarau panjang ini, bunga kertas pada rajin berbunga. Bunga-bunganya yang berwarna cerah makin ngejreng kalo tertimpa cahaya matahari.


Kembang kertas atau Sonia
Bunga Gajania

















Si bapak tukang bunganya pinter menyusun bunga. Hampir semua bunganya sedang bermekaran. Pot-pot polybag ditata berkelompok sesuai jenis bunganya, sehingga membentuk lansekap yang indah dan menarik. Kayaknya buat foto-foto juga bagus. Tapi sebelum foto, enaknya beli dulu beberapa bunga. Harganya cukup murah, kok.

 
















Magic fruit

Di depan pom bensin ada yang menjual Magic Fruit, mahal Rp.150.000/polybag. Katanya buahnya bisa untuk penawar rasa asam. Jadi sebelum makan buah yang masam makanlah Magic Fruit ini dahulu, maka tidak akan berasa asam. Tapi belum nyoba, karena belum beli Magic Fruit..... mahal sih.



Beli sayur


Seperti biasanya, jalan pulang dari Taman Bunga Nusantara mampir dulu di warung sayur yang banyak berderet-deret di tepi jalan. Istriku belanja sayuran sawi putih dan terong ungu kesukaan keluarga.








Mobil penuh bunga

Seperti biasanya, selesai belanja semua bunga dan sayuran dimasukkan ke dalam bagasi mobil. Jok paling belakang dilipat, supaya lebih banyak muatnya. Akhirnya penuh juga.




Masjid Agung Harakatul Jannah


Saatnya sholat Ashar, kami mampir dulu ke Masjid Agung Harakatul Jannah di Gadog. Subhanallah. Masjid yang besar dan bagus banget. Megah! Memang katanya arsitektur masjid ini menggunakan perpaduan dari arsitektur Asia, Eropa dan Afrika. Atap gerbang masuk utamanya bergaya Minangkabau. Di ujung atas tangga juga ditempatkan jam penunjuk waktu dari beberapa kota besar dunia, seperti Makkah, London, Moscow, Sydney dan New York.

Selesai sholat, istirahat dulu sambil melihat-lihat kemegahan masjid. Tak lupa kami sempatkan berfoto di depan bangunan Majelis Syeikh Ahmad Khatib Al-Minang Kabawi yang bergaya Minangkabau di bagian belakang masjidEnak juga rasanya berlama-lama di masjid ini. Tampaknya banyak pengendara dari arah Puncak yang mampir sholat di sini sebelum masuk jalan tol.























Minggu, 16 September 2018

Istana Nelayan, makan di tepi sungai Cisadane


Siang itu kami baru pulang dari rumah si  Jon di jalan Duku Raya Perumahan Bumi Asri, Kutabumi, Tangerang. Sampai di jalan tol terasa pengen makan dulu. Kebetulan di sebelah kiri terlihat restoran berbentuk kapal putih, jadi teringat dahulu pernah makan di situ waktu pulang dari pabrik bis Hyundai di Balaraja Tangerang. Ya udah, langsung aja belok ke kiri keluar gerbang Tangerang, seterusnya pake GPS. Jalan masuk ke Istana Nelayan agak sedikit muter dan bisa membingungkan bagi yang pertama kali ke sini, tapi ada tulisan petunjuk jalannya kok. Jadi jangan ragu.
Namanya "Istana Nelayan" tapi bukan istananya nelayan, melainkan Istana Nelayan Resto & Cafe, rumah makan berbentuk kapal di tepi sungai Cisadane yang menyajikan 120 jenis kuliner seafood, Indonesian food, Chinese food dan Western food yang terjamin kelezatan, kesegaran dan kehalalannya. Bangunan restoran memang didesain mirip kapal nelayan. Tempat makan bisa di dalam resto kapal atau di saung-saung luar dengan nuansa Bali. Di sana sini banyak pohon cokelat berbuah lebat dan matang. Bikin seneng ngeliatnya.

Di dalam pake meja bundar dan bisa karaoke. Jadi cocok untuk rombongan atau keluarga, abis makan bisa main karaokean. Makan di dalam kapal, minimum order mesti Rp.1.000.000. Kalo kurang dari sejuta tetap boleh makan di dalam kapal, tapi mesti bayar pengganti Rp.100.000, maksudnya mesti nambah bayar Rp.100.000. Tapi kalo makan di saung luar bayarnya sesuai pesanan, gak pake minimum order.























Kami pilih saung di tepi sungai Cisadane. Banyak pohon cokelat berbuah lebat hingga dekat tanah. Jangan dipetik! Karena di bawah pohon ada papan peringatan bertulisan "Dilarang petik buah cokelat denda Rp.100.000". Selain itu, ada kebun mini yang ditanami slada, terong, cabe, kemangi.






























Di ujung ada minizoo, kura-kura, bebek, angsa, ayam, sapi, kambing, kuda. Semuanya lucu-lucu.
Kami pesan ikan kuwe bakar Rp.25.000/ons, sayur kailan, tahu kipas dan minum es teh manis Rp.8.000/gelas, ditambah ngemil satu otak-otak Rp.6.000/pcs. Total abisnya Rp.320.000,- Rasa masakannya agak dominan manis, sambelnya juga gak pedes. Tapi enak sih. Semuanya abis ludes tak bersisa. Tahu kipasnya dibungkus buat dibawa pulang, karena udah kekenyangan.

















Menikmati kelezatan kuwe bakar sambil memandangi air sungai Cisadane, di sela-sela pepohonan cokelat yang berbuah lebat. Demikianlah Istana Nelayan menyuguhkan pengalaman bersantap dalam nuansa alam yang benar-benar alami. Pastinya sih nikmat banget.